Minggu, 27 Mei 2012

Teruntuk Si Mas Koki Bread T*lk :)

Untuk kamu yang selalu berkutat pada adonan kue dengan wajah serius setiap aku melihatmu (bahkan tanpa kamu sadari), perkenalkan... aku pengagummu :) Terutama kagum dengan senyummu yang jarang diperlihatkan itu. Sangat. Kagum!

Malam ini begitu sepi. Bukan malam juga, aku lebih suka menyebutnya dini hari. Hening, dengan suara jangkrik kemudian suara kereta api melintas... rasanya begitu damai dalam keheningan, dan seringkali membuat aku flashback dengan kejadian di hari ini, yang baru saja kulewati.

Ngomong-ngomong tentang hari ini, aku melihatmu lagi. Di kotak itu. Kotak dengan dinding kaca di sebuah toko roti Bread T*lk, Solo Grand Mall. Kamu menggunakan topi kokimu, lalu masker hijau muda yang melekat menutupi mulutmu. Tapi dari bentuk matamu, tanpa harus membuka topi koki dan maskermu, aku tau... itu kamu.

Entah rasa apa yang ada di hatiku kini, tapi selalu saja berbunga-bunga setiap setelah aku melihat kamu. Di sana, bersama koki-koki yang lain membuat adonan kue. Aku melihatmu dari kejauhan. Memperhatikanmu. Sadarkah?

Kalau tidak salah, sudah terhitung enam bulan ini diam-diam aku menjadi pengangummu yang selalu menyempatkan diri beberapa kali untuk membeli kue dengan dalih agar bisa memata-mataimu, melihat kamu hanya untuk sesaat lalu kemudian pulang lagi dengan perasaan seperti orang yang baru saja memenangkan lotre. Entahlah... ada perasaan jatuh hati, gemas, penasaran, yang membuat hatiku girang dengan sendirinya.

Kekagumanku padamu berawal dari hal sepele sederhana.

Saat itu aku ingin membeli roti gandum untuk dietku lalu aku bertanya pada temanmu, “Roti gandum yang mana ya, Mas?”

Temanmu yang (sok) sibuk itu menjawab, “Oh, coba tanya Mas-nya yang itu,” jarinya menunjuk ke arahmu yang sedang fokus dengan oven panggangan kue.

Aku menuju ke arahmu. “Roti gandum yang mana Mas?” tanyaku dengan senyum sumringah.

Kamu juga sama saja. Terlihat (sok) sibuk dan menjawab, “Coba tanya Mas-nya itu,” katamu sambil menunjuk temanmu yang baru saja kutanyai.

“Tadi Mas-nya yang itu suruh nanya ke sini, sekarang Mas yang ini nyuruh lagi tanya ke Mas itu,” aku protes.

Lalu kamu tersenyum. Senyummu memberi kesan bahwa kamu begitu sabar. Kamu lalu mengambilkan kue gandum yang kumaksud. “Mau dipotong?”

“Enggak deh, langsung gini aja.”

“Oh ya udah bisa langsung ke kasir,” jawabmu sambil tersenyum. Dan seketika aku ‘meleleh’ karena senyumanmu. Demi Tuhan, kamu begitu manis! Mungkin aku bisa diabetes hanya karena lama-lama melihatmu. Kalau di FTV, mungkin di rambutku sudah terbang-terbang diberi efek angin berhembus.

Aku sedikit bengong, untungnya cepat tersadar dari adegan ‘meleleh’ karena senyumanmu,

“Oh dibawa gini aja ke kasirnya?”

“Iya, gitu aja.”

“Oh.”

Mas koki Bread T*lk yang ganteng, saat kamu membaca ini, aku nggak tau apa aku membuat kesalahan karena menuliskan ungkapan isi hati ini, karena aku pun nggak tau ada wanita yang mengisi hatimu atau tidak, kamu memiliki pacar atau tidak. Sebenarnya itu bukan perkara sih untukku. Yang jelas, aku mengagumimu secara mendalam dengan caraku sendiri. Dan sudah lama ingin mengungkapkan perasaan ini. Iya, hanya sekedar mengungkapkan. Bukan kejahatan kan? Tidak salah kan? :)

Aku tidak mampu mengungkapkan dalam lisanku. Itu begitu membuat lidahku kelu. Bahkan namamu pun aku tidak tau. Rasanya aku akan terlihat konyol bila ingin memaksakan diri berkenalan denganmu dengan cara menerobos dapur Bread T*lk lalu mengajakmu salaman yang saat itu menggunakan sarung tangan... sedang membuat adonan kue pula. Nggak mungkin... :D

Kalau kamu menyadarinya, aku selalu mencuri-curi pandang melihatmu, lalu tersenyum simpul karena kegirangan dengan sendirinya. Kamu tau? Hatiku sedang meledak dan dengan sekuat tenaga aku meredamnya. Apalagi ketika aku menatap dirimu dan matamu juga melihat ke arahku (atau mungkin temanku). Entah apa yang ada di pikiranmu saat itu tentang diriku, baik atau buruk, atau membatin aneh ketika melihatku. Yang aku tau dadaku seperti ada kembang api yang meletup-letup di dalamnya.

Ah, kamu lucu ketika sedang mengadoni kue, seperti anak kecil yang sedang membuat mainan ‘malam’ dengan wajah inosenmu. Ingin rasanya mencubit pipimu itu.

Dengan tulisan ini, aku tidak menginginkan apapun dari kamu. Aku hanya ingin kamu baca dan kamu tauuu... aku mengagumi kamu! SANGAT! Bahkan ketika kamu lupa untuk tersenyum, serius berkutat membuat adonan kue... ah, sosokmu tetap terlihat berbeda dan menawan dengan caramu sendiri, dimataku.

Entah kapan kamu akan membaca tulisan ini, yang jelas... ini aku, gadis yang tembem dan bunder dari ujung rambut sampai jempol kaki, yang mengirimimu surat...
Ini aku, yang sering memperhatikanmu diam-diam, yang berharap kamu tersenyum sedikit walaupun senyum itu untuk temanmu (karena aku ingin melihat senyummu lagi, lagi, dan lagi!), yang mencuri-curi pandang denganmu, yang... yang... yang... yang mengagumimu, dan yang mungkin akan menggunakan topeng ketika ke Bread T*lk setelah mengungkapkan isi hati lewat tulisan ini. 

Hahaha, sebenarnya aku malu :D Bagiku ini tidak lazim seperti biasanya aku. Tapi rasanya tidak tahan juga bila tidak diungkapkan.

Aku tau aku bukan siapa-siapa. Sama sekali belum tau tentang kamu malah! Aku cuma penggemar rahasia (yang tidak rahasia lagi sekarang), yang selalu mengamatimu dari jauh. Semoga kamu membacanya, semoga kamu membacanya, semoga kamu membacanya! Dengan tulisan ini, aku tidak menginginkan apapun selain pemahamanmu tentang apa yang aku maksudkan dalam surat ini. Hanya tentang pengungkapan rasa yang tidak mampu aku ucapkan secara lisan. Aku hanya ingin kamu tau, bagiku kamu dan tampang seriusmu ketika membuat adonan kue itu... mengagumkan! :)

Dini hari, pukul 3.56
Otak tak mampu mengendalikan pikiran...
Untuk tidak memikirkan senyummu yang jarang diperlihatkan itu :)


Megashofani.

Senin, 23 April 2012

Aku Tergila-gila? Salahmu Mencuri Perhatianku!

Untuk Alitt Susanto...
Jadi, berapa PIN Blackberry mu? HAHAHAHA :))))

Aku masih mencari apa yang menjadi daya tarikmu, bahkan wajahmu tak setampan Tengku Wisnu. Ah, kamu memang bukan Tengku Wisnu apalagi Ruben Onsu. Kamu hanyalah kamu, yang mampu menyeret perhatian wanita-wanita dengan barisan kata-kata manis juga romantis yang dihantarkan oleh jemari-jemarimu. Kamu begitu biasa, sederhana, tapi itu yang menarik aku, untuk selalu menguntitmu, keseharianmu.

Kini tengah dini hari aku masih terjaga, membaca seluruh isi timelinemu dalam sebuah microblogging bernama Twitter. Selalu saja tak ada puasnya ketika menggerakan mouse untuk selalu scroll down halaman Twitter-mu, melihat satu-persatu dengan siapa saja kau bercakap, lalu kemudian berujung dengan rasa penasaran memencet 'in reply to' untuk selalu tau apa yang kau cakapkan dengan orang lain dan penuh keakraban. Iya, aku selalu tak pernah puas menguntitmu.

Hari-hari lalu, kau pun begitu... menghipnotis aku. Hanya dengan tulisanmu mampu menciptakan gelak tawaku, atau sesaat kemudian juga mendatangkan kegalauan ketika tweets-tentang-cinta-mu menusuk dalam hatiku. Aneh, tulisanmu mulai mampu mengontrol moodku dan membaca timelinemu mulai menjadi candu.

Seiring aku menggilaimu, aku mulai mengirimimu email, mention, yang tak pernah kunjung kau balas. Aku iri dengan mereka yang bisa bertemu denganmu, mengabadikannya dalam lembaran benda mati bernama foto. Kapan giliranku? Kapan giliranku merangkulmu, atau bergaya dengan gaya-gaya konyol lalu diabadikan dalam sebuah foto?

Pernah aku melihatmu di sebuah kafe pada acara Stand-Up Comedy di kotaku, tapi kafe itu begitu penuh dan tak memungkinkan aku untuk lebih dekat denganmu. Aku menyaksikan aksimu di sudut tempat yang tak mungkin terjangkau oleh pandanganmu. Aku melihat kamu yang berusaha membuat seisi kafe setidaknya tertawa dengan leluconmu. 

Dalam hati aku telah menyimpan niatan untuk mengejarmu nanti, setelah acara selesai sekedar meminta tandatangan untuk kau bubuhkan pada bukumu yang selalu menjadi bacaan dan teman malam sebelum aku tidur. Sayangnya, saat ujung acara kamu mulai tergesa-gesa menuju mobil karena diburu oleh penggemar-penggemarmu. Aku berhimpitan dengan mereka, yang juga menginginkan tandatanganmu. Jangankan untuk lebih dekat dan meminta tanda tangan, aku malah semakin terhimpit dan terdorong ke belakang.

Kamu pun berlalu.

Rasa penasaranku padamu tak kunjung reda. Apa iya, kekagumanku hanya bisa sebatas memeluk buku ciptaanmu setiap malam sebelum aku tidur? Apa iya tak bisa lebih dari itu? Bertemu lebih dekat, mungkin? Atau yang lebih kurang ajar... memelukmu, mungkin?

***

Aku mulai menggila. Berkali-kali kuteriakkan namamu tanpa peduli dua satpam yang kini tengah menahan lenganku, menyeretku ke pintu keluar, membawa aku semakin jauh dari sosokmu. Aku melihatmu di sana, Alitt. Kamu melongo melihatku yang beberapa saat lalu secara brutal hampir menerobos keamanan hanya untuk menaiki panggung sekedar ingin memelukmu. 

Dalam keadaan lengan yang tertahan dan langkah yang terseret secara paksa oleh dua orang satpam, aku masih meronta tanpa peduli seluruh pasang mata yang menatapku heran. Mungkin mereka pikir aku gila! Tapi kesalahanmu mencuri perhatianku, Litt! Memang salah kalau hanya ingin bertemu denganmu? Lalu salah siapa membuatku tergila-gila? Kamu!

Aku merusak talkshowmu dengan kegilaanku yang membuatmu panik.

Masih dengan buku 'SKRIPSHIT'mu dalam genggamanku, mengharapkan tandatanganmu... aku dirundung kecewa. Kenapa kau tak menahan satpam-satpam ketika mereka menyeretku? Kenapa malah hanya terdiam di atas panggung membiarkan aku dipandangi dengan tatapan orang-orang yang menganggapku tolol?

***

Sudah selang dua jam sejak kegilaanku di gedung tempat kau melangsungkan talkshowmu, aku masih menangis di kantor satpam. Mereka menginterogasiku dan tak ada satupun pertanyaan mereka yang kujawab. 

Aku menangis sesenggukan, mataku mulai membengkak sebesar bengkoang dengan hidung semerah tomat. Wajahku sudah jelek, tanpa harus berkaca lagi pada cermin pun aku tau sekarang wajahku tampak lebur karena merengek tanpa henti.

"Lagian dek, ngapain sih kayak orang gila mau naik ke atas panggung?" tanya seorang satpam dengan perawakan tinggi-besar.

"Bapak nggak tau sih rasanya terkagum-kagum sama orang!" ujarku dengan nada sengal-sengol.

"Tapi tingkahmu tadi kelewatan dek!" ujar satpam yang satu lagi dengan perawakan kurus-tinggi itu. "Dulu saya tergila-gila sama Eva Arnaz juga gak sampe segitunya."

Jgrek! Suara pintu kantor satpam dibuka oleh seseorang. 

Aku menoleh sesaat ke arah pintu. Oh, orang lain... kukira satpam yang lain, batinku lalu memalingkan kembali kepalaku, tertunduk. Bayangan seseorang di ambang pintu yang baru saja kutangkap dalam pikiranku tiba-tiba membuat hatiku 'deg'. Topi itu? Kacamata itu? Plester di ujung matanya? Aku menoleh lagi, menghentikan tangisanku, memperhatikan sesosok yang kini di ambang pintu lekat-lekat. Alitt Susanto!

Aku melotot. "ALITT!" 

"Maaf, Mas... nih anak dihukum apa Mas, enaknya?" tanya satpam berperawakan tinggi-besar langsung bertanya to the point pada Alitt.

"Emmm... boleh saya ngomong empat mata sama anak ini dulu gak, Pak?" tanya Alitt pada kedua Satpam tersebut yang kemudian saling berpandangan, mengangguk dan meninggalkan kami berdua di kantor satpam.

Sejenak aku mendengar suara Alitt, mungkin saja aku terjengkang dari kursi karena tertawa terbahak-bahak kalau tak mengontrol diri setelah mendengar suaranya yang medhok dan melengking itu.

"Apa sih yang kamu mau di gedung tadi?" tanya Alitt sambil menatap mataku lekat. Wajahnya serius. Aku baru tau seorang penulis kocak yang merangkap komedian bisa memasang tampang seserius itu. "Kamu tau, kamu hampir ngerusak talkshowku. Kamu nggak bisa ya, lebih tenang?" Alitt memborong pertanyaan. "Kamu mau minta tandatangan? Nggak bisa lebih sabar?"

"Kamu tau nggak rasanya mengagumi seseorang? Orang itu bikin kamu candu dengan apapun tulisannya, tentang kesehariannya yang dia tulis lewat seratus-empat-puluh karakter?" tanyaku balik tanpa sedikitpun menjawab pertanyaan Alitt.

"Iya. Tapi kan nggak begitu juga caranya," nada Alitt terdengar lembut dan... medhok. "Tingkahmu tadi lebih mirip orang gila!" serunya.

"Siapa suruh kamu bikin tergila-gila?" tanyaku sambil melontarkan senyum manis, setidaknya biar wajahku yang jelek bersimbah air mata ini tidak makin jelek.

"Ya udah. Jadi, apa yang kamu mau?"

Aku buru-buru mengambil buku 'SKRIPSHIT' untuk ditandatangani oleh Alitt, kemudian menyerahkannya. "Sederhana. Tandatanganmu, Litt."

"Cuma ini?" Alitt mengangkat satu alisnya.

Aku mengangguk.

Kemudian Alitt menandatangani 'SKRIPSHIT' sesuai permintaanku dan menyerahkan kembali padaku. Aku begitu sumringah.

"Lain kali, aku gak mau liat kamu bertingkah gila kayak tadi. Tapi, makasih ya, aku paham kok tentang rasa kagum yang kamu maksud," nada Alitt terdengar lembut menyentuh gendang telinga.

Aku mengangguk, lalu mengulum senyum. Mukaku memanas. Sayangnya tak ada cermin. Kalau ada, pasti aku sudah melihat mukaku yang memerah-jambu ini!

"Ya udah deh, have a nice day, ya." Alitt mengembangkan senyumannya yang terlihat tengil. Senyum-senyum tengil yang sering aku lihat di setiap pose fotonya. Kemudian Alitt pergi dan berlalu.

Aku masih belum sadar dari rasaku yang melambung karena baru saja bertemu orang yang tadinya hanya bisa kuciumi avatar Twitter dan timelinenya di layar komputer. Aku mulai melamun dalam kegiranganku sendiri sampai akhirnya...

"Dek! Udah pergi tuh Mas Alittnya! Adek mau di kantor satpam terus?" tepukan pundak dan suara yang berasal dari satpam berperawakan tinggi-kurus itu mengangetkanku.

"Astaga! Alitt!" aku menepok jidat.

Dengan langkah seribu aku keluar dari kantor satpam, kemudian mencari sosok yang beberapa menit lalu baru saja menghipnotis aku dengan kharismanya. Di tengah keramaian aku mencari punggung Alitt, dan tak mendapatkannya.

Aku menghentakkan kakiku. Kesal. Ck! Cepet banget sih ilangnya! Kita kan belom sempet foto bareng, Litt! Batinku. Aku merasa menyesal.

Aku membuka lagi halaman 'SKRIPSHIT' yang ditandatangani oleh Alitt. Ternyata tidak hanya tandatangannya di sana, tapi ada juga catatan kecil yang tiba-tiba saja membuat rasa girangku membuncah! Catatan yang tak sampai sebaris, dan saat itu juga tak membuat aku merasa menyesal telah bertingkah gila sampai-sampai harus ditahan di kantor satpam:

Sabtu ini, Gubug Cafe, 19.30. Semoga kamu punya waktu ;) Alitt.

Aku tersenyum lebar. Kalau gini ceritanya sih, tak sia-sia melupakan rasa malu! Toh, terbayar sudah ketika semesta mengijinkan lagi aku dan Alitt bertemu Sabtu malam besok! Ah, SABTUUUUU... AYOLAH, CEPAT DATANG!

Love,
Megashofani.

---------oOo---------
Catatan: Cerita ini hanya fiksi belaka berawal dari rasa kagum sama Mas Alitt Susanto. Haha, timelineku tiada kesan tanpa tweetsmu, Mas! *guomballl* :p

Kamis, 29 Maret 2012

Trio #SPBU

Iseng-iseng gambarin kakak-kakak yang bagiku selalu mengangumkan dari sudut pandang manapun :'D Mas Alitt, Congggki, dan Bang Benakribo unyuuu! :D Yayyyy. Konsep nya puzzle berbentuk twitter bird yang di dalamnya ada kartun kakak-kakak. Mereka bertiga ini sahabatan, dan setauku persahabatan mereka pun berawal dari twitter (eh, iya kan? koreksiin deh kalo salah :p) dan puzzle itu sendiri menggambarkan: "Persahabatan itu seperti puzzle, tiap satu bagian melengkapi bagian yang lain." :D So, begitulah arti artworkku kali ini.

Oiyak! Kemaren aku juga berkesempatan ketemu mereka bertiga di Jogja :D Rasanya seneeeeeng sekaleh! Secara gak sering-sering kan mereka di Jogja. Dan inilah aku bersama kakak-kakak #SPBU :D

Poto yang pertama ngelawan cahaya, Mas Alitt jadi tak nampak begindang~

Ini baru jelas potonya~ Aduh, jadi malu itu keliatan belang banget tangan akunyaaaa. Maklum atulah yah, derita anak motor. Tangan boleh belang yang penting mah hidung engga :')

Pegimanaaaah? Daku paling cantik, bukan? *kedip-kedip manja* Ojelas deh dong! Ah, pokoknya seneng banget-bangetan udah ketemu penulis-penulis favorit mah :) Sukses terus kakak-kakak! :* *kecup gapake basah*

Cawww!

Rabu, 14 Maret 2012

SKRIPSHIT! (Review)

Wohoooo! Kembali lagi dengan gue di siniii :D Lama banget setelah kurang lebih dua minggu gak update blog, kali ini di postingan pertama di bulan Maret, gue bakal review salah satu buku keluaran terbaru dari penulis favorit gue Mas Alitt Susanto! *cie cie Mas Alitt*

Sekitar seminggu gue nunggu kiriman novel Skripshit yang udah gue pesen di bukabukudotcom dan akhirnya Senin tanggal 12 Maret kemarin novel keluaran terbaru dari Mas Alitt itu pun mendarat dengan selamat di rumah gue. Begini deh penampakannya. Taraaaaaa~

Kyaaaa bungkusnya bikin gue ngerasa punya pacarrr! Bukabukudotcom soswit dah pake dibungkus gini *kecups* *padahal pesennya emang sengaja minta dibungkus pake kertas kado :P
Pertama kali baca aja udah langsung terharu waktu ada beginian di halaman persembahan: 

Yap betul sekalik, doi nepatin janjinya bakal nulis semua nama followersnya di buku terbarunya #Skripshit. Soswit abis #TerharuToTheMax *SedotIngusKeluarinIngus* *LapIngusDiBawahMeja* #krik
Gak seperti buku Mas Alitt yang sebelumnya, Shitlicious, Skripshit punya konsep yang lebih rapi dan lebih mudah dimengerti. Seperti yang udah kalian ketahui (bagi yang punya buku Shitlicious), di buku pertamanya bahasa yang digunakan Mas Alitt abege beudh ghelaaa. Tapi seiring waktu Mas Alitt pastinya telah berkembang dalam hal tulis-menulis terbukti dengan cara penulisannya di buku terbarunya Skripshit yang dikemas lebih terkonsep dengan bahasa lebih matang, mudah dimengerti, dan menghibur.

Kisah-kisah Mas Alitt di dalam buku Skripshit ini cukup membuat mata gue 'terbuka' dan pikiran gue 'sadar' hanya dengan quotes-quotes sederhana yang lumayan 'nancep' kena hati. Misalnya seperti kalimat simpel semacam, "Hidup itu emang keras, tapi hidup itu gak kejam kok." Yeah, gue sangat mengIYAkan kalimat tersebut... Reality bites, chew harder #Skripshit. Kalimat ini cocok banget buat lo yang suka menghujat bahwa dunia kejam tapi gak berbuat apa-apa, hanya tanpa usaha dengan ending nangis sambil ngucek cucian. #Pffft

Ada lagi kalimat yang gue sukkkkkkkka banget! So, for you guys who thinks life sucks, I bet you've never been in love at all. ;) Lumayan menohok kalo kalian mengerti dan pahami artinya, khususnya buat lo yang belum ngerasain nikmatnya jatuh cinta :p #eaaa #pukpuk #pukpukPakeKulitDuren. Jatuh cinta itu indah sih, tapi yakin ada yang nangkep? #eh

Oya ada lagi satu bagian yang 'gue banget'. Terlepas dari gaji yang lo dapatin, atau apa kerjaan yang lo dapatin, tapi kalau lo udah dapatin kesempatan untuk kuliah, mending dirampungin dulu deh. #Jleb Itu wejangan emak gue banget. Sebelumnya emang kuliah gue terbengkalai gara-gara ada kerjaan sampingan #curcol, tapi tetep... You have to finish, what you've started #Skripshit

Segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu gak akan kembali untuk yang kedua kali, maka ketika memiliki kesempatan untuk memulai harus diakhiri dengan tanggung jawab hingga selesai #tsah #NulisApaGueBarusan.

Selain kisah-kisah Mas Alitt yang disajikan dengan humor, Skripshit juga menyajikan kisah-kisah yang bisa kita ambil nilai-nilai moral di dalamnya. Apalagi kalo kalian udah sampe di bab-bab terakhir khususnya bab Sebuah Awal Episode Kedua, beeeeh bikin inget dosa ke emak. *peluk emak*  

Dan gue yakin lo bakal ketawa di bab "Friday I'm in Love, But...". Kalo gue sih ketawa sampe kepingkel-pingkel. Emak gue pun gue ceritain ulang bab itu dan sama kepingkel-pingkelnya. Pokoknya disitu Mas Alitt nyeritain kejadian yang gak banget deh! Emang apa sih

Penasaran kaaaaaan?

So buat eloh, eloh, eloh, temen, sahabat, gebetan, mantan, calon pacar, dan siapapun... Skripshit recommended! Selain ketawa-ketiwi lo juga bisa dapet hikmah dari keapesan manusia sesat bernama Alitt #SungkemMasAlitt. Nunggu apa lagi? Buruan minjem beli bukunyaaa, gak nyesel! xD

Oke deh, kayaknya segitu dulu... Sekian dan terimakasih :*